Selasa, 11 Oktober 2016

MAKALAH HADITS TARBAWI : Pengertian Pendidikan dan Hakikat Pendidikan dalam Islam



 MAKALAH HADITS TARBAWI TENTANG PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.
Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan.
Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan  Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw.
B.       Rumusan Masalah
             1.      Bagaimana pengertian pendidikan ?
             2.      Bagaimana hakikat pendidikan ?
             3.      Apa tujuan dari pendidikan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
B.     Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu: pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1.    Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
2.   Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang   mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.      Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.      Pendidikan berlangsung seumur hidup, Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
Jadi pada intinya, Hakikat Pendidikan adalah mendidik manusia menjadi manusia sehingga hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan yang dianut.
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai memanusiakan manusia, atau bagaiamana mengiringi manusia dalam proses pencarian ilmu pengetahuan untuk bergerak dari ketidaktahuaan menjadi paham dan yakin akan sesuatu yang di telaah atau dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya dan spiritual manusia sehingga yang tercipta dari proses pendidikan tersebut adalah manusia yang mampu mengembangkan potensi diri menjadi insan yang cerdas intelegensi dan spiritualnya yang mampu menghasilkan (produktif) bukan hanya mampu memakai/menghabiskan (komsumtif), membimbing akhlak manusia menjadi insan yang mampu mengaaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk kemaslahatan/keselamatan pribdi dan umat lainnya.
Sedangkan hakikat pendidikan Islam menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Ada 3 pengerian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu:
1.      Tarbiyah : Pengajaran
Istilah at-Tarbiyah berasal dari kata Arab, yang berarti:
a.       bertambah dan berkembang (ربا - يربو – تربية)
b.      tumbuh dan berkembang (ربي - يربي - تربية )
c.       memperbaiki, menguasai, memelihara, merawat, memperindah, mengatur, dan menjaga kelestariannya (ربّ - يُربّ - تربية)
Dari pengertian tersebut, dalam konteks yang luas pengertian pendidikan Islam terkandung dalam term al-Tarbiyah yang meliputi empat unsur, yaitu: pertama, unsur memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan. Ketiga, mengarahken seluruh fitrah menuju kesempurnaan. Dan keempat, melaksanakan pendidikan secara lengkap.
Dalam hadits dijelaskan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
“Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun mengutus seorang malaikat untuk menemui orang tersebut.Ketika orang itu ditengah perjalanannya ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; 'Hendak pergi ke mana kamu?' Orang itu menjawab; 'Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di desa lain.' Malaikat itu terus bertanya kepadanya; 'Apakah kamu mempunyai satu perkara yang menguntungkan dengannya?' Laki-laki itu menjawab; 'Tidak, saya hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.' Akhirnya malaikat itu berkata; 'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk memberitahukan kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena Allah

Dalam al-Qur’an secara implisit memang tidak ditemukan penunjukan kata at-tarbiyah, namun kata tersebut dapat ditelusuri pada istilah lain yang seakar dengan kata at-tarbiyah, yaitu pada firman Allah surah Al-Isro’ ayat 24 :
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤)
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Menurut fahr al-Razy, kata “Rabbayani” merupakan pendidikan dalam bentuk luas, term tersebut tidak hanya menunjukkan pada makna pendidikan yang bersifat ucapan (domain kognitif0, tapi juga meliputi pendidikan pada aspek tingkah laku (domain afektif).
Jadi istilah at-Tarbiyah memberikan pengertian mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tidak hanya mencakup aspek jasmaniah tetapi juga mencakup aspek rohaniah secara harmonis.
2.      Talim : Pembinaan atau Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)
Kata yang kedua ini bersumber dari kata ‘allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian, pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١)
Artinya:“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Bila dilihat dari batasan pengertian yang ditawarkan dari kata ta’lim (allama) pada ayat di atas, terlihat pengertian pendidikan yang terlalu sempit. Pengertiannya hanya sebatas proses pentranferan seperangkat ilmu pengetahuan atau nilai antara manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai ilmu atau nilai yang ditranfer secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif.
Selain itu dalam hadits juga dijelaskan
اِعْمَلُوْا بِطَاعَةِ اللهِ وَاتَّقُوْا مَعَاصِىَ اللهِ وَ مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِامْتِثَالِ اْلَاوَامِرِ,وَاجْتِنَابِ النَوَاهِى فَذَالِكَ وِقَايَةٌ لَهُمْ وَلَكُمْ مِنَ النّارِ
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka ”
3.      Tadib : Pembinaan/Pengarahan (moral dan esetika)
Secara bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba” yang berarti:
a.       Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu yang bererti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.
b.      Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan.
c.       Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja “ta’dib” mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin da member tindakan.
Dalam hadist Nabi disebutkan:
أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ تَأدِيْبِي. (رواه العكسري عن علي(
Artinya:“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” ( HR. al-Aksary dari Ali Ra)
Dari pengertian dan hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata “ta’dib” mengandung pengertian usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian rupa, sehingga anak didik terdorong dan tergerak jiwa dan jiwanya untuk berperilaku dan bersifat sopan santun yang baik sesuai dengan yang diharapkan. Orientasi kata al-ta’dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Dalam hadits disebutkan:
عن عا ئشة سُأِلَتْ عَنْ أَخْلاَقِ رَسُولِ الله صلعم قَالَتْ كَانَ خلُوقُه القُرْأن
Artinya:
“Aisyah Ra ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka dia menjawab akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an”
Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolute dan utuh, didalamnya mencakup perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan ummat manusia dan merupakan sumber pendidikan yang terlengkap. Ia merupakan pedoman normatif-teoritis bagi pelaksanaan pendidikan Islam.
Oleh sebab itu Rasulullah SAW memberikan contoh dan suri tauladan berdasarkan al-Qur’an diantaranya melalui: pertama, ucapan (hadits quliyah) , kedua, perbuatan (hadits fi’liyat), dan ketiga ketetapan (hadits taqririyah).
Dalam dataran pendidikan Islam, sunnah Nabi mempunyai dua fungsi yaitu:
a.       Menjelaskan system pendidikan Islam yang tepat di dalamnya.
b.      Menyimpulkan metode pendidikan dan kehidupan Rasulullah SAW bersama sahabat, perlakuanya kepada anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukan.
Pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu dan yang lainnya berbeda. Beda istilah talim mengesankan memberikan proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental.sementara istilah tadib mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental, sedangkan sitilah tadib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.

C.    Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan perpaduan tujuan-tujuan yang bersifat pengembangan kemampuan-kemampuan individu secara optimal dengan tujuan-tujuan yang bersifat social untuk dapat memainkan perannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan dan kelompok social.
Tujuan pendidikan menurut Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan tujuan pendidikan dalam hadist dijelaskan :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّة...
“Telah disampaikan kepada kami oleh Yahya bin Yahya al-Tamimy dan Abu Bakar bin Aby Shaibah dan Muhammad bin al-‘Ala al-Hamadany dan lafadh milik Yahya, Yahya berkata telah diberitahukan kepada kami, dan dua lainnya (Ibn Aby Shaibah dan al-Hamadany) berkata telah disampaikan kepada kami oleh Mu’awiyah dari al-A’masy dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: ….Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surge”

Selain itu tujuan pendidikan islam meliputi tiga dimensi, yaitu:
Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah). Menurut Said Aqil Husein Al-Munawar, akhlak merupakan alat control psikis dan social bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam kehidupannya. Rosulullah SAW merupakan sumber Aklahk yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya :
Hadits dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah –shallallâhu ‘alayhi wa sallam- bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi dalam al-Sunan al-Kubrâ’ (no. 20782), al-Bazzar dalam Musnad-nya (no. 8949))

Pendidikan akhlak dalam islam tercover dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan menjauhi keburukan dan kemungkaran”. Prinsip ini berhubungan erat dengan upaya mewujudkan tujuan dasar pendidikan islam, yaitu ketakwaan kepada Allah SWT. Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya.
Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
Tanggung jawab kemasyarakatan dapat dilakukan dengan pembentukan lingkungan social melalui upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan social.
Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis, kreatifitas, dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, EQ, ISQ dan lain-lain. Saat ini diukur dengan prestasi di sekolah bukan prestasi di dalam kehidupannya.
Upaya yang dilakukan dalam pendidikan islam tentunya tidak cukup di ruang kelas atau di sekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Karena itu, keluarga disebut sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Di sinilah seorang anak mendapatkan ilmu pengetahuan pertama kalinya, sebelum dia mendapatkan dari lembaga lain.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas. Sedangkan Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2.      Hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Sedangkan hakikat pendidikan islam meliputi; Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib.
3.      Tujuan pendidikan islam; Pertama dimensi spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah), Kedua, dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, Ketiga, dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya.

B.     Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkangunasebagai acuan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir dkk, Dasar-dasar Kependidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, KENCANA PRENADA MEDIA, Jakarta, 2006
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2008
Heri Gunawan, pendidikan islam (kajian teoretis dan pemikiran tokoh), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, CIPUTAT PERS, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

URUTAN TATA UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA / PENGANTIN ADAT JAWA

UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA Tahap 1 (Prosesi Pembicaraan) a. Congkog Seorang perwakilan diutus untuk menanyakan dan mencari inf...