MAKALAH HADITS TARBAWI TENTANG PENGERTIAN DAN HAKIKAT PENDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan
Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim
kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu:
Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah
syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata.
Hal tersebut
menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas
masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat
yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman
Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal
dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam
Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam
Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep
yang menunjukkan kepada pendidikan.
Hadis juga
banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan Islam. Hadis sebagai
pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan
sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan
hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan
penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa
ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap
sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah
tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an
dan hadis Nabi Muhammad saw.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
pengertian pendidikan ?
2.
Bagaimana
hakikat pendidikan ?
3.
Apa tujuan dari
pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses yang
dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan
serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan
yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri
dapat menciptakan orang-orang berkualitas.
Istilah pendidikan dalam konteks
Islam pada umumnya mengacu kepada term al-tarbuyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim.
Dari ketiga
istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam
adalah term al-tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim
jarang sekali digunakan. Padalah kedua istilah tersebut telah digunakan
sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam berarti proses
transiternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan
pengembangan potensi guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia
dan akhirat.
B. Hakikat
Pendidikan
Hakikat
pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu: pendekatan
epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik. Di dalam pendidikan
epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan
sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu
mempunyai objek yang akan merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu
pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat
sebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya
dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Dengan
demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi
dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat
pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1. Pendidikan merupakan proses
interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik
dengan kewibawaan pendidik.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan
subjek didik menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan yang semakin pesat;
3.
Pendidikan meningkatkan kualitas
kehidupan pribadi dan masyarakat.
4.
Pendidikan berlangsung seumur hidup,
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
Pendidikan
merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture
and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Jadi pada intinya, Hakikat Pendidikan adalah mendidik manusia menjadi manusia sehingga hakekat
atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat manusia, sebab
urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang dianut oleh pendidik
tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam
melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan yang dianut.
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia
seutuhnya. Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus
sebagai tujuan. Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu
menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan
manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social
menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang
dimengerti sebagai memanusiakan manusia, atau bagaiamana mengiringi manusia
dalam proses pencarian ilmu pengetahuan untuk bergerak dari ketidaktahuaan
menjadi paham dan yakin akan sesuatu yang di telaah atau dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya dan
spiritual manusia sehingga yang tercipta dari proses pendidikan tersebut adalah
manusia yang mampu mengembangkan potensi diri menjadi insan yang cerdas
intelegensi dan spiritualnya yang mampu menghasilkan (produktif) bukan hanya
mampu memakai/menghabiskan (komsumtif), membimbing akhlak manusia menjadi insan
yang mampu mengaaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk kemaslahatan/keselamatan
pribdi dan umat lainnya.
Sedangkan
hakikat pendidikan Islam menunjukkan pada suatu kegiatan atau
proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang
lain. Ada 3 pengerian hakikat pendidikan di dalam islam yaitu:
1.
Tarbiyah : Pengajaran
Istilah at-Tarbiyah berasal dari kata Arab,
yang berarti:
a.
bertambah dan berkembang (ربا - يربو –
تربية)
b.
tumbuh dan berkembang (ربي - يربي -
تربية )
c.
memperbaiki, menguasai, memelihara, merawat,
memperindah, mengatur, dan menjaga kelestariannya (ربّ - يُربّ
- تربية)
Dari pengertian tersebut, dalam konteks yang luas
pengertian pendidikan Islam terkandung dalam term al-Tarbiyah
yang meliputi empat unsur, yaitu: pertama, unsur memelihara dan menjaga
fitrah anak didik menjelang dewasa. Kedua, mengembangkan seluruh potensi
menuju kesempurnaan. Ketiga, mengarahken seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. Dan keempat, melaksanakan pendidikan secara lengkap.
Dalam hadits dijelaskan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى
فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ
قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ قَالَ هَلْ
لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لَا غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ فَإِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ
قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ
“Dari Abu Hurairah dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Pada suatu ketika ada seorang lelaki
yang mengunjungi saudaranya di desa lain. Kemudian Allah pun mengutus seorang
malaikat untuk menemui orang tersebut.Ketika orang itu ditengah perjalanannya
ke desa yang dituju, maka malaikat tersebut bertanya; 'Hendak pergi ke mana
kamu?' Orang itu menjawab; 'Saya akan menjenguk saudara saya yang berada di
desa lain.' Malaikat itu terus bertanya kepadanya; 'Apakah kamu mempunyai satu
perkara yang menguntungkan dengannya?' Laki-laki itu menjawab; 'Tidak, saya
hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.' Akhirnya malaikat itu berkata;
'Sesungguhnya aku ini adalah malaikat utusan yang diutus untuk memberitahukan
kepadamu bahwasanya Allah akan senantiasa mencintaimu sebagaimana kamu
mencintai saudaramu karena Allah
Dalam
al-Qur’an secara implisit memang tidak ditemukan penunjukan kata at-tarbiyah,
namun kata tersebut dapat ditelusuri pada istilah lain yang seakar dengan kata
at-tarbiyah, yaitu pada firman Allah surah Al-Isro’ ayat 24 :
وَاخْفِضْ
لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانِي صَغِيرًا (٢٤)
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil".
Menurut fahr al-Razy, kata “Rabbayani” merupakan pendidikan
dalam bentuk luas, term tersebut tidak hanya menunjukkan pada makna pendidikan
yang bersifat ucapan (domain kognitif0, tapi juga meliputi pendidikan pada
aspek tingkah laku (domain afektif).
Jadi istilah at-Tarbiyah memberikan pengertian
mencakup semua aspek pendidikan, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Tidak hanya mencakup aspek jasmaniah tetapi juga mencakup aspek
rohaniah secara harmonis.
2.
Ta’lim : Pembinaan atau Pengarahan (Ilmu Pengetahuan)
Kata yang kedua ini bersumber dari kata ‘allama yang berarti
pengajaran yang bersifat pemberian, atau penyampaian, pengertian, pengetahuan,
dan keterampilan. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا
ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١)
Artinya:“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
Bila dilihat dari batasan pengertian yang ditawarkan dari
kata ta’lim (allama) pada ayat di atas, terlihat pengertian
pendidikan yang terlalu sempit. Pengertiannya hanya sebatas proses pentranferan
seperangkat ilmu pengetahuan atau nilai antara manusia. Ia hanya dituntut untuk
menguasai ilmu atau nilai yang ditranfer secara kognitif dan psikomotorik, akan
tetapi tidak dituntut pada domain afektif.
Selain itu dalam hadits juga dijelaskan
اِعْمَلُوْا بِطَاعَةِ اللهِ
وَاتَّقُوْا مَعَاصِىَ اللهِ وَ مُرُوْا اَوْلَادَكُمْ بِامْتِثَالِ
اْلَاوَامِرِ,وَاجْتِنَابِ النَوَاهِى فَذَالِكَ وِقَايَةٌ لَهُمْ وَلَكُمْ مِنَ
النّارِ
“Ajarkanlah mereka untuk ta’at
kepada Allah dan takut berbuat maksiat kepada Allah serta suruhlah anak-anak
kamu untuk menaati perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan. Karena itu
akan memelihara mereka dan kamu dari api neraka ”
3.
Ta’dib : Pembinaan/Pengarahan
(moral dan esetika)
Secara bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba”
yang berarti:
a.
Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu
yang bererti melatih, mendisiplinkan diri untuk berperilaku yang baik dan sopan
santun.
b.
Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang
berarti mengadakan pesta atau perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan.
c.
Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja “ta’dib”
mengandung pengertian mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplin da member
tindakan.
Dalam hadist Nabi disebutkan:
أَدَّبَنِي رَبِّي فَأَحْسَنَ
تَأدِيْبِي. (رواه العكسري عن علي(
Artinya:“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan
pendidikanku” ( HR. al-Aksary dari Ali Ra)
Dari pengertian dan hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata “ta’dib”
mengandung pengertian usaha untuk menciptakan situasi dan kondisi sedemikian
rupa, sehingga anak didik terdorong dan tergerak jiwa dan jiwanya untuk
berperilaku dan bersifat sopan santun yang baik sesuai dengan yang diharapkan.
Orientasi kata al-ta’dib lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim
yang berakhlak mulia. Dalam hadits disebutkan:
عن عا ئشة
سُأِلَتْ عَنْ أَخْلاَقِ رَسُولِ الله صلعم قَالَتْ كَانَ خلُوقُه القُرْأن
Artinya:
“Aisyah Ra
ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, maka dia menjawab akhlak Rasulullah SAW
adalah al-Qur’an”
Al-Qur’an merupakan sumber nilai yang absolute dan utuh, didalamnya
mencakup perbendaharaan yang luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan ummat
manusia dan merupakan sumber pendidikan yang terlengkap. Ia merupakan pedoman
normatif-teoritis bagi pelaksanaan pendidikan Islam.
Oleh sebab itu Rasulullah SAW memberikan contoh dan suri tauladan
berdasarkan al-Qur’an diantaranya melalui: pertama, ucapan (hadits quliyah)
, kedua, perbuatan (hadits fi’liyat), dan ketiga ketetapan
(hadits taqririyah).
Dalam dataran pendidikan Islam, sunnah Nabi mempunyai dua fungsi yaitu:
a.
Menjelaskan system pendidikan Islam yang tepat di
dalamnya.
b.
Menyimpulkan metode pendidikan dan kehidupan
Rasulullah SAW bersama sahabat, perlakuanya kepada anak-anak, dan pendidikan
keimanan yang pernah dilakukan.
Pendidikan menurut islam adalah
keseluruhan pengertian yang terkandung didalam ketiga istilah tersebut. Namun
demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu
dan yang lainnya berbeda. Beda istilah ta’lim
mengesankan
memberikan proses pemberian bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah,
mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan
sikap mental.sementara istilah ta’dib
mengesankan
proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental,
sedangkan sitilah ta’dib mengesankan proses pembinaan
terhadap sikap moral dan estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada
peningkatan martabat manusia.
C. Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan
merupakan perpaduan tujuan-tujuan yang bersifat pengembangan
kemampuan-kemampuan individu secara optimal dengan tujuan-tujuan yang bersifat
social untuk dapat memainkan perannya sebagai warga dalam berbagai lingkungan
dan kelompok social.
Tujuan pendidikan
menurut Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa
pendidikan adalah usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pasal
3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan
tujuan pendidikan dalam hadist dijelaskan :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى التَّمِيمِيُّ وَأَبُو
بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ الْهَمْدَانِيُّ
وَاللَّفْظُ لِيَحْيَى قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ... وَمَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا
إِلَى الْجَنَّة...
“Telah disampaikan kepada kami oleh Yahya bin Yahya
al-Tamimy dan Abu Bakar bin Aby Shaibah dan Muhammad bin al-‘Ala al-Hamadany
dan lafadh milik Yahya, Yahya berkata telah diberitahukan kepada kami, dan dua
lainnya (Ibn Aby Shaibah dan al-Hamadany) berkata telah disampaikan kepada kami
oleh Mu’awiyah dari al-A’masy dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah dia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: ….Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan
ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surge”
Selain
itu tujuan pendidikan islam meliputi tiga dimensi, yaitu:
Pertama dimensi
spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
muamalah). Menurut Said Aqil Husein Al-Munawar, akhlak merupakan alat control
psikis dan social bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan
berada dalam kumpulan binatang yang tidak memiliki tata nilai dalam
kehidupannya. Rosulullah SAW merupakan sumber Aklahk yang hendaknya diteladani
oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya :
Hadits dari
Abu Hurairah r.a., ia berkata: Rasulullah –shallallâhu ‘alayhi wa sallam-
bersabda:
إِنَّمَا
بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ
“Sesungguhnya aku diutus hanya
untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.” (HR. Al-Bayhaqi dalam al-Sunan
al-Kubrâ’ (no. 20782), al-Bazzar dalam Musnad-nya (no. 8949))
Pendidikan
akhlak dalam islam tercover dalam prinsip “berpegang teguh pada kebaikan dan
menjauhi keburukan dan kemungkaran”. Prinsip ini berhubungan erat dengan upaya
mewujudkan tujuan dasar pendidikan islam, yaitu ketakwaan kepada Allah SWT.
Pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabiat dan perilaku yang menggambarkan
nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan peserta didik
dalam kehidupan sehari-harinya.
Kedua,
dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal menitikberatkan
pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada
peningkatan dan pengembangan factor dasar (bawaan) dan factor ajar (lingkungan)
dengan berpedoman kepada nilai-nilai keislaman.
Tanggung
jawab kemasyarakatan dapat dilakukan dengan pembentukan lingkungan social
melalui upaya penerapan nilai-nilai akhlak dalam pergaulan social.
Ketiga,
dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin,
inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan
psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis,
kreatifitas, dan praktis. Kecerdasan apapun bentuknya, baik IQ, EQ, ISQ dan
lain-lain. Saat ini diukur dengan prestasi di sekolah bukan prestasi di dalam
kehidupannya.
Upaya yang
dilakukan dalam pendidikan islam tentunya tidak cukup di ruang kelas atau di
sekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah keluarga.
Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung terhadap
kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Karena itu, keluarga
disebut sebagai lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Di sinilah seorang
anak mendapatkan ilmu pengetahuan pertama kalinya, sebelum dia mendapatkan dari
lembaga lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar
atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk
menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke
arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan
orang-orang berkualitas. Sedangkan Pendidikan Islam berarti proses transiternalisasi pengetahuan
dan nilai islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran pembiasaan,
bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi guna mencapai keselarasan
dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
2.
Hakikat
pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari
pendidikan itu sendiri. Sedangkan hakikat pendidikan
islam meliputi; Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib.
3.
Tujuan
pendidikan islam; Pertama dimensi
spiritual, yaitu iman, taqwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan
muamalah), Kedua, dimensi budaya,
yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, Ketiga,
dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, kreatif, disiplin,
inovatif, produktif, dan sebagainya.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami menyadari banyak kekurangan
yang terdapat pada makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkangunasebagai acuan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir dkk,
Dasar-dasar Kependidikan, Kencana
Prenada Media Group, Jakarta, 2014
Abdul Mujib dan
Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, KENCANA
PRENADA MEDIA, Jakarta, 2006
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global,
PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2008
Heri Gunawan, pendidikan islam (kajian teoretis dan
pemikiran tokoh), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan
Historis, Teoritis, dan Praktis, CIPUTAT
PERS, Jakarta, 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar