HADITS TENTANG PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
ANAK
حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ عَنْ
مَالِكٍ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ
مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنَاتَجُ الْإِبِلُ مِنْ بَهِيمَةٍ جَمْعَاءَ هَلْ
تُحِسُّ مِنْ جَدْعَاءَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ
وَهُوَ صَغِيرٌ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ (رواه أبو
داود)
Artinya
:
Menceritakan
kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari
Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu
dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu
melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana
pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah
yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud)
ANALISIS
Setiap
anak dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, dan apabila anak tersebut
menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang
tuanya. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang
harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu
bisa tumbuh berkembang dalam pedndidikan yang baik dan benar.
Dalam
proses pendidikkan anak ini, adakalanya orang tua bersikap keras dalam mendidik
anak. Contohnya, pada umur tujuh tahun orang tua mengingatkan anaknya untuk
melakukan sholat dan pada saat umur sepuluh tahun, orang tua boleh memukulnya
ketika sianak tersebut tidak mengerjakan sholat.
Ketika
anak tersebut oleh orang tuanya dijadikan seorang muslim maka anak tersebut
harus menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Salah satunya
adalah berbakti kepada kedua orang tuanya seperti firman Allah SWT.
“dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua
orang ibu- bapaknya”. (Q.S
Al-ankabuut).
Alangkah
tepat andai firman Allah tersebut kita baca berulang-ulang dan kita renungkan
dalam-dalam. Sehingga Allah berkenan mengaruniakan cahaya hidayahnya kepada
kita, mengaruniakan kesanggupan untuk mengoreksi diri dan mengaruniakan
kesadaran untuk bertanya: “Telah seberapa besarkah kita memuliakan ibu bapak?”.
Boleh jadi kita sekarang mulai mengabaikan orang tua kita. Bisa saja saat ini
mereka tengah memeras keringat banting tulang mencari uang agar studi kita
sukses. Sementara kita sendiri mulai malas belajar dan tidak pernah menyesal
ketika mendapatkan nilai yang pas-pasan. Bahkan, dalam shalat lima waktunya
atau tahajudnya mereka tak pernah lupa menyisipkan doa bagi kebaikan kita
anak-anaknya.
Tetapi,
berapa kalikah dalam sehari semalam kita mendoakannya? Shalat saja kita sering
telat dan tidak khusyuk Rasulullah SAW menempatkan ibu “tiga tingkat” di atas
bapak dalam hal bakti kita pada keduanya. Betapa tidak, sekiranya saja kita
menghitung penderitaan dan pengorbanan mereka untuk kita, sungguh tidak akan
terhitung dan tertanggungkan. Orang bijak mengatakan, “Walau kulit kita
dikupas hingga telepas dari tubuh tidak akan pernah bisa menandingi pengorbanan
mereka kepada kita.”
Jadi
orang tua itu berperan penuh dalam proses mendidik anaknya, apabila anak itu sampai
tidak mengenal agama (mengenal Allah) maka itu merupakan kelalaian orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar